RSS

Ilmu Sosial dan Budaya

A.ISD sebagai salah satu MKDU

 Ilmu Sosial Dasar(ISD) sebuah mata kuliah yang memberikan bekal terhadapa mahsiswa untuk peduli terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi di lingkungan negara indonesia ini. Adapun tujuan umum dari mata kuliah dasar ini yang di pelajari oleh mahasiswa yaitu :
  1. Untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa agar mampu berperan sebagai anggota masyarakat Indonesia yang berjiwa pancasila, sehingga segala keputusan dan tindakan   yang di gunakan sesuai dengan yang di terapkan oleh pancasila.
  2. memberikan pengetahuan dasar kepada mahasiswa Indonesia agar mereka mampu berfikir secara interdisipliner dan memiliki wawasan komprehesif. Mahasiswa juga dapat memahami permasalahan sosial dan politik yang terjadi di negara ini.
  3. Untuk menumbuhkan kepekaan mahasiswa terhadap masalah-masalah yang timbul di negara Indonesia.
Latar belakang
Ilmu Sosial Dasar(ISD) adalah kritik yang di tunjukkan pada sistem pendidikan di Indonesia. Karena mereka berfikir sistem pendidikan di Indonesia merupakan peninggalan pemerintahan Belanda yaitu politik balas budi. Sistem inibertujuan menghasilkan tenaga-tenaga yang terampil serta birokrasi di bidang administrasi, perdagangan dan teknik. Dengan demikian perguruan tinggi dapat menghasilkan sarjana yang mempunyai pengetahuan luas yaitu kemampuan akademis, kemampuan profesional, dan kemampuan personal.
Adapun yang menjadi sasaran perhatian:
  1. Masalah sosial yang di tanggapi dengan pendekatan diri maupun pendekatan antar bidang.
  2. Adanya keanekaragaman golongan dan sosial yang masing-masing mempunyai kepentingan kebutuhan dan pola-pola pemikiran, akan tetapi banyak persamaan kepentingan kebutuhan yang menyebabkan pertentangan.
Ilmu Sosisal Dasar(ISD) bertujuan membantu kepekaan wawasan pemikiran dan kepribadian mahasiswa agar memperoleh pemikiran yang lebih luas dengan tingkah laku manusia dalam menghadapi manusia lain yang bersangkutan.
 Ilmu pengetahuan terbagi atas 3 kelompok besar:
  1. Ilmu alamiah yaitu ilmu yang mengetahui peraturan-peraturan yang terdapat dalam alam semesta untuk mengkaji hal dalam menggunakan metode ilmiah dengan cara menentukan hukum yang berlaku lalu membuat analisis untuk menentukan suatu kualitas.
  2. Pengetahuan Budaya yaitu untuk memahami dan mencari arti yang bersifat manusiawi.
  3. ILmu Sosial yaitu ilmu yang bertujuan  mengkaji hubungan antara manusia satu dengan manusia lainnya. Hal ini menggunakan metode ilmiah dan hasilnya penelitiannya mendekati kebenaran sebab keteraturan dalam hubungan manusia mengalami perubahan.
Masalahnya
Masalah sosial dalam kehidupan tidak bisa di pisahkan dengan apapun. Masalah sosial timbul akibat dari hubungan antar manusia. Yang membedakannya adalah masalah sosial ada kaitannya dengan nilai-nilai moral. dan hubungan manusia itu. Masalah sosial mempunyai 2 definisi pengertian yaitu :
  1. Sesuatu yang menyangkut kepentingan umum adalah masalah sosial
  2. menurut para ahli, masalah sosial adalah suatu kondisi atau perkembangan yang terwujud dalam masyarakat yang mempunyai sifat kekacauan terhadap kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Contohnya : Menurut pedagang kaki lima bukan masalah sosial karena karena merupakan upaya untuk mencari nafkah keluarganya sedangkan menurut para ahliu pedagang kakilima masalah sosial karena sumber kekacauan lalu lintas dan peluang suatu kejahatan. Masalah sosial adalah suatu kondisi yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan dari sebagian masyarakat yang tidak di inginkan, oleh karena itu perlunya di atasi atau di perbaiki ujar LESLIE(1974)
B. Penduduk, Masyarakat, dan Budaya

Pendahuluan
Penduduk masyarakat dan kebudayaan adalah suatu konsep yang saling berdekatan satu sama lain. Dalam suatu wilayah dan dalam waktu tertentu memungkinkan untuk terbentuknya masyarakat di wilayah tersebut dengan kata lain wilayah terbentuk karena adanya penduduk.. Demikian pula hubungan antara masyarakat dengan kebudayaan, kebudayaan akan lahir, tumbuh serta berkembang dalam masyarakat. Tetapi sebaliknya tidaka akan ada masyarakat yang tidak di dukung oleh kebudayaan.
Permasalahannya
 Adapun norma-norma yang berlaku di dalam kehidupan berpenduduk di negara Indonesia. Namun norma-norma tersebut mengalami proses yang di namakan proses institusionalisasi, yaitu suatu proses yang di lewati oleh norma kemasyarakatan sehingga norma tersebut di hargai, di taati setra di patuhi dalam kehidupan sehari-hari.
Permasalahan penduduk terdapat 2 pesoalan pokok seperti yang di kemukakan oleh Thomas Robert Mathus (1978) yaitu :
  1. Bahan makanan yang penting untuk kehidupan manusia
  2. nafsuh manusia yang tidak dapat di tahan.
Dinamika penduduk menunjukan adanya faktor perubahan dalam hal jumlah penduduk yang di sebabkan oleh adanya pertumbuhan penduduk yang bertambah karena adanya unsur kelahiran, kematian,dating dan pergi. Pertambahan penduduk dapat di hitung dengan cara yaitu (lahir-mati)+(dating-pergi). Unsur penentu dalam pertambahan penduduk adalah tingkat feltilisasi dan mortalitas. Fertilasi adalah tingkat pertambahan anak yang di hitung dari jumlah kelahiran penduduk dalam satu tahun. Tingkat kelahiran dari wanita umur tertentu yang di sebut Age Specifica Fertility Rare, yaitu di hitung dari jumlah kelahiran dari tiap seribu wanita dalam usia produktif dalam satu tahun. faktor kedua yaitu jumlah kematian pertahun perseribu penduduk.
Rumus untuk memproyeksikan perhitungan penduduk :
Pn=(1+r)n X Po
Pn= Jumlah penduduk yang di cari padatahun tertentu
r= Tingkat pertumbuhan penduduk dalam prosen
n= Jumlah dari tahun yang di ketahui
Po= Jumlah penduduk yang di ketahui apa tahun dasar.
Sebagai contoh: Tahun 1961 jumlah penduduk di Indonesia 96 juta orang, dengan tingkat pertambahan penduduk 2,45. berapa penduduk tahun 2001?
jawab: Tahun 2001 penduduk di Indonesia (1+2,4/100)40X96juta=248 juta.

Berdasarkan Piramida penduduk di bedakan mejadi:
  1. Piramida Penduduk Muda : Penduduk yang dalam Proses pertumbuhan alasannya jumlah kelahiran lebih besar daripada jumlah kematian
  2. Piramida Stationer : merupakan idealnya keadaan suatu penduduk di negara karena usia muda
  3. Piramida Penduduk Tua : Piramida yang menggambarkan penduduk dalam kemunduran, piramida menunjukan bahwa penduduk usia muda jumlahnya lebih kecil di bandingkan penduduk dewasa.
Studi Kasus

Peranan gereja Katholik dalam peradapan

Doktrin Gereja Dan ilmu pengetahuan

Para ahli sejarah ilmu pengetahuan, termasuk yang bukan beragama Katolik seperti J.L. Heilbron,[79] Alistair Cameron Crombie, David C Lindberg,[80] Edward Grant, Thomas Goldstein,[81] dan Ted Davis, berpendapat bahwa Gereja Katolik memiliki pengaruh positif yang penting terhadap perkembangan peradaban. Mereka yakin bahwa, bukan saja para biarawanlah yang menyelamatkan dan membudidayakan sisa-sisa dari peradaban kuno selama invasi-invasi kaum barbar, melainkan juga bahwasanya Gereja Katoliklah yang mendorong pembelajaran dan ilmu pengetahuan melalui dukungannya terhadap banyak universitas yang, di bawah kepemimpinannya, bertumbuh cepat di Eropa pada abad ke-11 dan ke-12. St. Thomas Aquinas, "teolog model" Gereja Katolik, tidak saja berpendapat bahwa akal budi itu bersesuaian dengan iman, beliau bahkan mengakui bahwa akal budi dapat berkontribusi bagi pemahaman wahyu Illahi, dan dengan demikian mendorong perkembangan intelektual. [82] Para imam-ilmuwan Gereja Katolik, yang kebanyakan adalah para Yesuit, dan yang merupakan para pelopor dalam ilmu astronomi, genetika, geomagnetisme, meteorologi, seismologi, and fisika matahari, menjadi "bapak-bapak" ilmu-ilmu pengetahuan tersebut. Perlu kiranya untuk disebutkan di sini, nama-nama para rohaniwan Katolik semisal Abbas Ordo St. Agustinus Gregor Mendel (pelopor dalam studi genetika) dan pastur Belgia Georges Lemaître (orang pertama yang mengedepankan teori Big Bang).
Kenyataan ini merupakan suatu kebalikan dari pandangan yang dipertahankan oleh beberapa filsuf abad pencerahan, bahwa doktrin-doktrin Gereja Katolik bersifat tahayul dan menghalang-halangi kemajuan peradaban.
Salah satu contoh terkenal yang diajukan oleh para kritikus tersebut adalah Galileo Galilei, yang pada tahun 1633, dikutuk karena berpegang teguh pada ajaran jagad raya yang heliosentris (jagad raya berpusat pada matahari), teori yang pertama kali dicetuskan oleh Nicolaus Copernicus, seorang imam Katolik. Setelah bertahun-tahun diinvestigasi, berkonsultasi dengan Paus, berjanji kemudian dilanggar oleh Galileo sendiri, dan akhirnya suatu pengadilan oleh Tribunal Inkuisisi Romawi dan Universal, Galileo didapati "dituduh sebagai bidaah" - bukan bidaah, sebagaimana yang seringkali secara keliru disebut-sebut. Meskipun ilmu pengetahuan modern membuktikan bahwa dua dari empat thesis ilmiah yang dikedepankan oleh Galileo sebenarnya keliru, yakni bahwasanya Matahari adalah pusat jagad raya, dan bahwasanya Bumi mengitari Matahari dalam orbit berbentuk lingkaran sempurna, Paus Yohanes Paulus II secara terbuka mengungkapkan penyesalan atas tindakan-tindakan orang-orang Katolik yang memperlakukan Galileo dengan buruk dalam pengadilan pada tanggal 31 Oktober 1992.[83] Sebuah abstraksi dari tindakan-tindakan dalam proses pengadilan terhadap Galileo dapat dijumpai di Arsip Rahasia Vatikan (Vatican Secret Archives), yang mereproduksi sebahagian arsip tersebut dalam situs web-nya. Kardinal John Henry Newman, pada abad ke-19, berkata bahwa orang-orang yang menyerang Gereja Katolik hanya mampu menunjukkan kasus Galileo, yang bagi banyak sejarawan tidaklah membuktikan adanya oposisi Gereja terhadap ilmu pengetahuan karena justru banyak rohaniwan Katolik pada masa itu yang didorong oleh Gereja untuk meneruskan penelitian mereka.[84]
Saat ini, Gereja Katolik telah dikritik karena ajarannya bahwa penelitian sel induk embrio manusia (embryonic stem cell research) merupakan suatu bentuk dari eksperimentasi pada manusia, dan mengakibatkan pembunuhan seorang manusia, dengan alasan bahwa ajaran ini menghalangi penelitian ilmiah. Gereja Katolik sebaliknya berpendapat bahwa kemajuan dalam ilmu pengobatan dapat terjadi tanpa perlu ada penghancuran manusia (yang masih dalam tahap kehidupan embrio); misalnya, dengan menggunakan sel induk dewasa (adult stem cell) atau sel induk tali pusat (umbilical stem cell) sebagai ganti sel induk embrio.

Gereja, seni, dan karya sastra

Beberapa ahli sejarah menilai Gereja Katolik berjasa atas kegemilangan dan keagungan seni Barat. Mereka mengacu pada perlawanan gereja terhadap ikonoklasme (suatu gerakan yang menentang penggambaran visual dari yang ilahi), kegigihan Gereja dalam membangun gedung-gedung yang mendukung peribadatan, kutipan ayat Alkitab oleh Agustinus dari Hippo - dari kitab Kebijaksanaan 11:20 (Allah "menyuruh segala sesuatu diukur, dihitung, dan ditimbang") yang menuntun kepada konstruksi-konstruksi geometris dari arsitektur Gothik, sistem-sistem ilmiah yang koheren dari kaum Skolastik yang disebut Summa Theologiae yang mempengaruhi tulisan-tulisan yang konsisten secara ilmiah dari Dante, theologi penciptaan dan sakramental Gereja yang telah mengembangkan suatu imajinasi Katolik yang mempengaruhi para penulis seperti J. R. R. Tolkien[85], C.S. Lewis, dan William Shakespeare,[86] dan akhirnya, perlindungan yang diberikan para paus di masa Renaissance bagi karya-karya agung para seniman Katolik seperti Michelangelo, Raphael, Bernini, Borromini, dan Leonardo da Vinci.

Gereja dan perkembangan ekonomi

Francisco de Vitoria, seorang murid dari Thomas Aquinas dan seorang pemikir Katolik yang mempelajari hal-hal seputar hak-hak azasi manusia dari rakyat pribumi jajahan, diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai seorang Bapak hukum internasional, dan kini juga diakui oleh para ahli sejarah ekonomi dan demokrasi sebagai cahaya terdepan bagi demokrasi Barat dan percepatan ekonomi.[87]
Joseph Schumpeter, seorang ahli ekonomi dari abad ke-20, menunjuk pada kaum skolastik, ketika menulis bahwa, "merekalah yang paling layak lebih dari kelompok manapun juga untuk disebut sebagai ‘pendiri’ ilmu ekonomi yang ilmiah."[88] Ahli-ahli ekonomi dan sejarah lainnya, seperti Raymond de Roover, Marjorie Grice-Hutchinson, dan Alejandro Chafuen, juga telah mengeluarkan pernyataan serupa. Sejarawan Paul Legutko dari Universitas Stanford mengatakan bahwa Gereja Katolik "berada pada pusat perkembangan nilai-nilai, gagasan-gagasan, ilmu pengetahuan, hukum, dan lembaga-lembaga yang membentuk apa yang kita sebut peradaban Barat."[89]

Keadilan sosial, keperawatan, dan sistem rumah sakit

Menurut ahli sejarah rumah sakit, Guenter Risse, Gereja Katolik telah memberi sumbangsih bagi masyarakat melalui doktrin sosialnya (ajaran sosial Gereja) yang telah menuntun para pemimpin untuk mempromosikan keadilan sosial dan dengan membentuk sistem rumah sakit di Eropa abad pertengahan, yakni suatu sistem yang berbeda dengan keramah-tamahan dari masyarakat Yunani dan kewajiban-kewajiban berasaskan keluarga dari masyarakat Romawi. Rumah-rumah sakit tersebut didirikan untuk menyediakan pelayanan bagi kelompok masyarakat tertentu yang tersisihkan akibat kemiskinan, penyakit, dan usia lanjut."[90]

James Joseph Walsh menulis tentang kontribusi Gereja Katolik bagi sistem rumah sakit, sebagai berikut:
Selama abad ke-13 sejumlah besar rumah-rumah sakit [ini] didirikan. Kota-kota Italia merupakan pemimpin-pemimpin dari gerakan itu. Milan memiliki tidak kurang dari selusin rumah sakit dan Florence sebelum akhir abad ke-14 memiliki sekitar 30 rumah sakit. Beberapa diantaranya merupakan bangunan-bangunan yang sangat indah. Di Milan sebagian dari bangunan rumah sakit umum dirancang oleh Donato Bramante dan sebagiannya lagi dirancang oleh Michelangelo. Rumah sakit kaum tak berdosa di Florence untuk menampung anak-anak terlantar merupakan sebuah permata arsitektur. Rumah sakit di Sienna, yang didirikan sebagai penghormatan kepada Santa Katerina dari Siena, sejak semula sudah tersohor. Di seluruh Eropa gerakan rumah sakit ini menyebar di mana-mana. Virchow, Pathologis besar dari Jerman, dalam sebuah artikel mengenai rumah-rumah sakit, menunjukkan bahwa tiap kota di Jerman yang berpenduduk 5000 jiwa memiliki rumah sakit. Ia menelusuri gerakan rumah sakit ini sampai kepada Paus Innosentius III, dan meskipun bukan seorang pendukung kepausan, Virchow tanpa ragu-ragu memberikan pujian tertinggi bagi Paus tersebut untuk segala sesuatu yang telah dilakukannya demi kebaikan anak-anak dan umat manusia yang menderita.[91]
Keindahan dan efisiensi rumah-rumah sakit Italia bahkan mengilhami sebagian orang yang justru mengkritik Gereja Katolik. Sejarawan Jerman Ludwig von Pastor mengutip kembali kata-kata Martin Luther yang, tatkala melakukan perjalanan ke Roma saat musim dingin tahun 1510-1511, berkesempatan mengunjungi beberapa dari rumah-rumah sakit tersebut:
Di Italia, menurutnya, rumah-rumah sakit didirikan dengan megah, dan sungguh mengagumkan bahwa rumah-rumah sakit itu diperlengkapi dengan makanan dan minuman yang sangat baik, perhatian yang seksama dan tabib-tabib yang terpelajar. Tempat-tempat tidur dan perlengkapan tempat tidurnya bersih, dan dinding-dinding ditutupi dengan lukisan-lukisan. Bilamana seorang pasien dibawa masuk, pakaian-pakaiannya dilepaskan di hadapan seorang notaris yang menginventarisirnya dengan cermat, kemudian pakaian-pakaian itu disimpan dengan aman. Sehelai smock (jubah pasien) putih dikenakan padanya dan ia dibaringkan di atas sebuah dipan yang nyaman, dialasi linen yang bersih. Ada dua orang dokter yang mendatanginya, dan para pelayan membawakannya makanan dan minuman dalam gelas-gelas yang bersih, yang memperlihatkan padanya segala perhatian yang dapat diberikan.[92]
Gereja Katolik sebagai opus proprium, sebut Benediktus XVI dalam Deus Caritas Est, telah melaksanakan selama berabad-abad sejak awal mulanya dan terus melaksanakan berbagai pelayanan kasih — antara lain, rumah-rumah-sakit, sekolah-sekolah, dan program-program pemberantasan kemiskinan.

http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Katolik_Roma

0 comments:

Posting Komentar